Kenapa Belajar Daring Tidak Berhasil Untuk Semua Orang

Di masa pademi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, terjadi peralihan metode belajar dari luring (tatap muka) menjadi daring. Keadaan ini memaksa banyak perubahan baik dari sisi sekolah, pengajar dan siswa. Perubahan dan peralihan ini tentu saja memberikan dampak yang signifikan terhadap efektifitas dan keberhasilan pembelajaran. Mari kita bahas kenapa pemebelajaran jarak jauh dengan metode daring memiliki banyak masalah dan langkah apa yang bisa dilakukan untuk menanganinya.

Berbagai penelitian menunjukan bahwa, belajar daring membuat siswa tidak fokus, mudah teralihkan, dan menjadi lebih pasif selama sesi belajar berlangsung. Ada beberapa hal yang berkontribusi besar pada masalah ini. Pertama, suasana belajar yang terlalu fleksibel, baik waktu dan tempatnya. Kedua, kendala peralatan, seperti gangguan konektivitas antara pengajar dan pembelejar. Ketiga, keterbatasan pengajar untuk menerapkan metode belajar yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Keempat, kurangnya kontak dan interaksi langsung antara pengajar dan pembelajar ataupun antar pemebelajar. Kelima, terbatasnya dukungan kepada siswa apabila siswa memerlukan bantuan.

Proses pembelajaran daring tidak hanya gagal di sekolah saja. Pada platform pembelajaran online ternyata permasalahan yang dialami tidak jauh bebeda. Penelitan menunjukan, 95% siswa yang belajar melalui platform belajar online (elearning) ternyata tidak menyelesaikan rencana belajarnya. Platform belajar online seperti Udemy, Coursera dan EdX sudah ada lebih dari satu dekade lalu. Namun, selama 6 tahun terakhir, pembelajar yang konsisten untuk menyelesaikan rencana belajarnya tidak berbeda dari tahun ke tahun. Hal ini semakin memvalidasi kalau online learning tidak cocok untuk semua orang.

Salah satu strategi yang diterapkan oleh Kemendikbud dalam mengatasi masalah pendidikan di Masa Pandemi Covid-19 adalah menerapkan hybrid learning. Secara teknis, hybrid learning dilakukan dengan membatasi jumlah siswa yang hadir di kelas secara langsung. Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan Covid-19. Diharapkan dengan menggunakan metode ini, tidak terjadi degredasi kualitas yang signifikan dalam proses pembelajaran.

Namun tetap, pembelajaran daring tidak akan pernah bisa menggantikan kualitas pembelajaran tatap muka. Di Axcelio kami menyadari berbagai permasalahan ini. Inilah alasan mengapa kami offline bootcamp tetap kami langsungkan. Untuk menjaga keamanan pembelajaran selama pandemi Covid-19, setiap kelas di Axcelio hanya diisi oleh 8 orang siswa. Selain untuk menjaga keamanan belajar, kami juga ingin tetap menjaga kulitas pembelajaran tetap efektif, fokus dan menyenangkan. Membatasi jumlah siswa dalam 1 kelas, juga untuk menjaga kualitas dukungan para mentor dalam proses pemebalajaran. Setiap siswa di Axcelio akan didampingi oleh 1 mentor selama menempuh pelatihan, di dalam kelas, maupun di luar kelas.

Tertarik mengikuti Pembelajaran?