Apa Benar Kuliah itu Tidak Perlu?

Ini adalah salah satu quotes terkenal dari Elon Musk:

Don't confuse schooling with education. I didn't go to Harvard but the people that work for me did

Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kira-kira begini:

Jangan bingung antara sekolah dan pendidikan. Saya tidak pernah bersekolah di Harvard, tapi orang-orang yang bekerja untuk saya melakukannya.

Quotes terkenal ini banyak digunakan oleh orang-orang untuk membenarkan bahwa kuliah itu tidak perlu dan buang-buang waktu. Apalagi, kalau kita lihat data para founder dan CEO perusahaan besar, ternyata banyak dari kalangan drop out, contohnya Mark Zuckerberg, Bill Gates, Steve Jobs, dan termasuk Elon Musk sendiri. Ditambah lagi, dengan kemajuan teknologi kita bisa belajar dari berbagai macam hal dari internet. Banyak media yang bisa menyediakan tempat belajar seperti Youtube, Udemy, Coursera, dan termasuk di Axcelio sendiri. Argumen di atas juga didukung oleh banyak influencer, Deddy Courbuzier misalkan.

Tapi benarkah di jaman ini kuliah tidak perlu lagi? Mari kita diskusikan.

Lebih Banyak CEO yang Lulusan Universitas

Jika kita berasumsi bahwa kuliah itu tidak penting karena banyak CEO yang drop out, maka asumsi tersebut tidak tepat. Jangan lupa, banyak CEO perusahaan besar berasal dari universitas ternama, dan justru jumlahnya lebih banyak. Berikut contoh daftarnya:

  • Lary Page & Sergei Brin (Google)
  • C. Douglas McMillon (Walmart)
  • Warren Buffett (Berkshire Hathaway Inc)
  • Jeff Bezoz (Amazon)
  • TIm Coock (Apple)
  • Sundar Pichai (Alphabet)
  • Satya Nadella (Microsoft)
  • Michael Dell (Dell)

Anda bisa mencari tahu sendiri dari Google dengan Kata Kunci "CEO graduated from Harvard" atau "CEO graduated from Oxford", maka akan muncul ratusan daftar CEO dan tokoh dunia berpengaruh.

Jika Elon Musk menyebutkan, orang-orang yang bekerja untuknya adalah lulusan Harvard, bukan berarti orang-orang tersebut tidak lebih cerdas dari Elon Musk. Elon Musk memang sangat brilian dan visioner, namun dia tidak dapat menerbangkan roket ke luar angkasa atau membuat mobil listrik tanpa bantuan talenta hebat lulusan dari berbagai universitas.

Latar Belakang Keluarga, Koneksi, dan Kesempatan

Tidak bisa kita abaikan jika peran keluarga sangat bisa menunjang karir seseorang. Bukan berarti kesuksesan Elon Musk, Bill Gates, dan Steve Jobs sebagian besar karena peran keluarga dan koneksi. Mereka tetap individu brilian, pekerja keras dan visioner yang pernah ada. Namun, kesuksesan dan ide visioner lebih sering muncul ketika seseorang mempunyai kesempatan untuk gagal. Bill Gates berasal dari keluarga upper-middle class, yang memberikannya kesempatan untuk menjajaki coding dari usia 13 tahun. Elon Musk tidak jauh berbeda, orang tuanya sangat kaya. Latar belakang ini memberikan dia kesempatan belajar coding sejak usia 10 tahun dengan menggunakan Commodore VIC-20 yang pada saat itu harganya $500.

Bukan rahasia lagi, jika banyak orang sukses berasal dari keluarga yang sukses juga. Setidaknya, melalui koneksi keluarganya, mereka bisa bisa mendapatkan berbagai kesempatan dengan mudah. Koneksi ini bukan berarti nepotisme. Bukankah Anda lebih berpeluang menang undian bank, jika Anda memiliki tabungan Rp 200.000.000 dibandingkan dengan Rp 200.000?

Kuliah Membuka dan Memperkuat Peluang

Walaupun drop out, Mark Zuckerberg memulai Facebook waktu dia berkuliah. Evan Spiegel, Reggie Brown dan Bobby Murphy juga memulai Snapchat saat kuliah bersama di Stanford University. Sergey Brin dan Larry Page memulai ide Google dari tesis mereka pada tahun 1996. Oprah Winfrey memulai karir broadcasting berawal dari dia berkuliah di Tennessee State University dengan study Speech Communications and Performing Arts. Walaupun Oprah pernah drop out, dia akhirnya tetap melanjutkan dan menyelesaikan kuliahnya.

Kuliah dan universitas tidak hanya tentang belajar dan kegiatan akademis. Kuliah membuka peluang bagi mereka yang tidak memiliki peluang seperti yang dimiliki Bill Gates dan Elon Musk. Kuliah merupakan marketplace di mana para jenius dan pemilik dana bertemu. Dua unsur ini adalah pondasi untuk memulai segala jenis bisnis. Lagipula, tidak ada tempat yang lebih produktif dalam menghasilkan ilmu pengetahuan baru selain di universitas.

Universitas menyediakan peluang bagi mereka yang tidak memiliki peluang sebelumnya. Sebagai contoh, universitas menyediakan beasiswa bagi mereka yang tidak memiliki kekuatan finansial yang mumpuni. Kuliah memberikan kemudahan dalam menikmati berbagai fasilitas belajar yang tidak dapat dibeli. Kuliah juga memberikan kita kesempatan berkomunitas dan membangun sebuah gerakan yang berharga.

Lubang Pengetahuan saat Kuliah

Namun tetap, ternyata memang kuliah tidak menjamin apapun. Tidak jarang lulusan universitas bergengsi dengan gelar panjang terlonta-lonta dalam karir dan hidup. Mereka dengan IPK tinggi saat kuliah, ternyata karirnya tidak begitu gemilang. Banyak lulusan yang tidak dapat diserap pasar, kendalanya sudah tidak relevan lagi atau sudah tergantikan dengan kecanggihan teknologi.

Kurikulum di universitas tidak akan pernah bisa mengikuti apa yang dibutuhkan di industri. Jika universitas masih mengajarkan pemrograman Turbo Pascal, industri sudah membutuhkan Vue developer. Jika universitas masih mengajarkan Sejarah Komputer, industri sudah membutuhkan Cloud Engineer tersertifikasi. Kendala Administrasi tidak memungkinkan universitas untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan Industri dengan cepat. Dosen dan pengajar juga manusia biasa. Selain disibukan oleh tugas mengajar, mereka juga disibukan dengan tugas administrasi, jabatan struktural dan fungsional.

Computational Thinking, Critical Thingking, dan Analytical Thinking

Saya kenal dengan guru Geografi yang sudah bertahun-tahun mengajar, bisa menghafal nama tempat dan koordinatnya, namun tetap tidak bisa menggunakan Google Map untuk mencari suatu tempat. Beliau tetap butuh bantuan anaknya untuk bisa menggunakan dan mengoperasikan smartphone. Dalam kasus ini, beliau adalah guru Geografi yang sangat pintar dalam Geografi, tapi tidak memiliki computational thinking, critical thinking, dan analytical thinking yang baik.

Menjadi pintar dan berpengetahuan itu berbeda. Inilah kenapa, mereka yang ranking 1 di kelas tidak menjamin karirnya segemilang nilai rapornya. Basuki Tjahaja Purnama pernah berkata:

Kuliah itu jangan terlalu pinter, cukup sekedar lulus saja. Jangan terlalu bodoh nanti lama lulusnya. Kalau terlalu pinter, biasanya balik lagi ke kampus jadi dosen. Nah yang sekedar lulus, balik lagi ke kampus sudah jadi donatur - Basuki Tjahaja Purnama

Quotes di atas tidak bermaksud merendahkan profesi dosen atau universitas. Pintar yang dimaksud dalam quotes di atas adalah pintar dalam mata kuliah. Kenyataanya banyak mata kuliah yang tidak kita pakai dan implementasikan dalam kehidupan nyata. Quote di atas juga menyebutkan kata "sekedar". Sekedar di sini maksudnya, walaupun kita tidak jenius dan super pintar dalam banyak mata kuliah, setidaknya kita memiliki pengetahuan yang cukup. Dengan kemampuan computational thinking, critical thinking dan analytical thinking, pengetahuan yang cukup sudah bisa jadi bekal kita untuk bisa bertahan dan berinovasi.

Elon Musk, Bill Gates, Steve Jobs dan top CEO lainnya memiliki ketiga kemampuan berpikir ini, bahkan sangat ahli, melampaui rata-rata orang pada umumnya. Saat drop out dari universitas, mereka mampu melihat berbagai macam peluang. Mereka tidak pintar dalam segala hal, namun dengan keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki, mereka mampu menghubungkan berbagai macam hal, untuk dapat mencapai tujuan mereka.

Kesimpulan

Kuliah memang tidak menjamin kesuksesan, namun kuliah bisa memberikan lebih banyak peluang untuk sukses, ketimbang tidak kuliah sama sekali. Yang pasti, untuk dapat tetap bertahan dan memiliki karir yang cemerlang, kita memerlukan 3 kemampuan berpikir; computational thinking, critical thingking dan analytical thinking.

Axcelio menyediakan program bootcamp dan konsultasi yang bisa mengisi kekosongan pengetahuan yang tidak didapatkan dari kuliah. Axcelio bekerja sama dengan berbagai perusahaan mitra dalam memberikan kesempatan bagi siswa untuk memiliki pengalaman kerja, membangun portofolio dan membangun koneksi, dengan program paid internship (magang). Sebelum terjun ke industri ataupun mengikuti internship, siswa dilatih untuk memiliki 3 kemampuan berpikir, sehingga bisa beradaptasi dan tetap berinovasi dengan dinamika industri.

Tertarik mengikuti Pembelajaran?